BENTUKAN ARSITEKTUR TROPIS DALAM KAITANNYA DENGAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL TRADISIONAL (studi kasus : rumah tinggal di Sumenep, MADURA

SRILESTARI, ROSALIA NINIEK (1997) BENTUKAN ARSITEKTUR TROPIS DALAM KAITANNYA DENGAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL TRADISIONAL (studi kasus : rumah tinggal di Sumenep, MADURA. Masters thesis, program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

[img]
Preview
HTML
6Mb
[img]
Preview
PDF
3140Kb
[img]
Preview
PDF
3140Kb

Abstract

Pertumbuhan rumah pada dekade 90-an semakin meningkat pesat, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Baik untuk masyarakat tingkat atas, menengah maupun bawah. Rumah-rumah ini tentu saja memerlukan rancangan yang sesuai dengan si penghuni/pemilik sehingga bisa mewakili identitas/citra diri dan juga harus memenuhi tuntutan kenyamanan sebagai bangunan tempat tinggal. Identitas, bisa digali dari khasanah budaya tradisional yang ada. Salah satunya melalui perwujudan bentuk rumah tinggal yang bertahan hingga saat ini. Namun hal ini harus tetap memperhatikan tuntutan kenyamanan masa kini dan yang akan datang. Kajian mengenai arsitektur tradisional selama ini lebih banyak mengenai permasalahan nir-fisik, seperti : karakter, citra, norma-norma, dan sosial-budaya lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan masa mendatang, dengan tuntutan kenyamanan yang berbeda dari saat dibuatnya arsitektur tradisional tersebut tentunya memerlukan pendekatan dari sisi fisik, salah satunya yaitu kenyamanan thermal. Arsitektur tradisional yang dimiliki bangsa Indonesia sangatlah beragam. Salah satu yang ada di dataran rendah adalah Madura. Madura dipilih sebagai studi kasus karena dianggap mulai menjadi suku bangsa dan bahasa yang besar dan menyebar di Indonesia sehingga pengaruhnya cukup luas. Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah metode stratified purposive sampling. Pemilihan sampel didasarkan pada tiga kategori/golongan rumah yaitu : rumah bangsawan, rumah golongan menengah dan rumah rakyat, tiga kategori lokasi yaitu di desa, di pantai dan di perkotaan, dan juga pengelompokan berdasarkan bentuk atap yaitu : bangsal, pegun, pacenan, dan trompesan. Sampel yang cukup lengkap dan mewakili dari ketiga kategori dan keempat bentuk semuanya di Sumenep. Analisis bentukan ditinjau dan dijelaskan secara deskriptif etnografik. Analisis kenyamanan thermal bangunan ditinjau berdasarkan dua pedoman yaitu rentang temperatur Santosa (1986) dan Diagram Olgyay (1963). Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan di lapangan. Prediksi kenyamanan thermal dilakukan dengan simulasi komputer berdasar keseimbangan laju panas dalam bangunan (admittance procedur) yang dikemukakan oleh Szokolay dan Ritzon (1982). Simulasi dilakukan pada dua elemen utama yang berpengaruh dan kemungkinan bisa dilaksanakan yaitu dinding dan pelubangan/bukaan, dan lantai. Hasil ini dipergunakan untuk acuan pengembangan desain rumah tinggal tradisional yang memenuhi persyaratan kenyamanan thermal. Temuan yang pertama yaitu terdapat variasi bentukan arsitektur rumah tinggal tradisional Madura di Sumenep. Variasi bentukan tampak pada jenis dan jumlah ruang, bentuk atap, kualitas dan jenis bahan bangunan dan pola ruang luar. Pola ruang dalam, gradasi dan kualitas ruang menunjukkan aturan dan tingkatan yang sama. Temuan kedua yaitu mengenai tingkat kenyamanan thermal pada bentukan rumah tinggal tradisional. Dengan volume ruang yang sama bentuk yang paling mendekati kenyamanan adalah bentuk bangsal, kemudian bentuk pegun dan bentuk pacenan. Variasinya terdapat pada bahan dinding dan luas lubang bukaan pada dinding. Dinding bata putih dengan nilai U lebih besar terbukti lebih mendinginkan temperatur di dalam daripada dinding papan. Temuan ketiga menunjukkan bahwa luas lubang bukaan pada rumah tinggal tradisional semuanya kurang memenuhi persyaratan. Hal tersebut selain mengakibatkan ketidaknyamanan thermal juga menyebabkan rendahnya kualitas penerangan. Apalagi jika ditinjau untuk kebutuhan masa mendatang yang lebih banyak memerlukan penerangan daripada saat rumah tinggal tradisional tersebut dibuat. Untuk itu perlu dibuat bukaan lebih besar dan pada posisi angin datang. Hal ini selain untuk mendapatkan kenyamanan juga untuk menambah penerangan alami, karena fungsi rumah tinggal saat ini lebih banyak membutuhkan penerangan daripada kondisi sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam kajian kenyamanan thermal pada bangunan tradisional. Untuk meninakatkan perkembangan arsitektur tradisional di masa mendatang, peneliti berharap bisa dilanjutkan dengan sampel yang lebih lengkap, waktu pelaksanaan yang lebih terinci dan alat ukur yang lebih canggih. ABSTRACT : The growth of housing : high-class housing, middle-class housing and also low-class housing, in 19's decade is as fast as growing of human. These housing is needed a contemporary design and identity that suitable with the owner/resident. It also must fullfill the current demand of the people, i.e. : its appearance, visual characteristic, the extent of its response for comfortable building. Identity means that house made the characteristic about who, where, when, how of the owner. It can looking for from the traditional house that many kind in Indonesia. The traditional house have proved that it defense for long time up to now in harmony with the environment. There are 27 region in Indonesia and each region has one or more traditional house. One of them is Madura. Madura is the second biggest tribe, after Java, that live spread of in Indonesia This research use the stratified purposive sampling method. Sample is categorized in three category: high, middle and low-class house. It is also categorized based from shape of roof building in three categorized: Bangsal, Pegun, and Pacenan. The located of sample is categorized in : seaside area, rural area and urban area. All of the sample are located in Sumenep, east of Madura. Shape analized is explained in ideografic-descriptive ways. Thermal comfort analyzed is explained based from the temparature range from Santosa (1986) and the Olygay comfort-diagram (1963). Admittance procedure from Szokolay and Ritzon (1982) is used to know, to measure and predict the heat gain and air change in the traditional house now and then. So, it will support to developt the design of traditional housing. The relationship between shape of the traditional housing and the thermal comfort is explained in etnografic method. It is mean that the summary of the thesis will be descriptive ideografic, comparability and translability. There are three point that founded in this research. Firstly , shape varians is in kind and number of room, roof shape, building material, and landscape patron. Gradation, quality and organization of room in the house show the same rule. Secondly, in the same volume of room, the bangsal house has the best thermal comfort, after that the pegun house, and the last is pacenan. It's caused by the difference material of wall and opening. Whitebrick wall (from gips) proved that it can cooling the temperature more than woodsheet wall. Thirdly, the wide of opening in traditional house are not fullfill requirement. So that, traditional house are not comfortable for now and have low quality of lighting. For future, in which needed lighting more than before, wall material and opening should be get more attention in design. This thesis is beggining in the research of traditional building thermal comfort. For developing traditional architecture in the future, I hope it can continue with more sample, more detail time, and more sophisticated instrument.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Architecture
ID Code:10860
Deposited By:Mr UPT Perpus 1
Deposited On:19 May 2010 09:48
Last Modified:19 May 2010 09:48

Repository Staff Only: item control page