PENULISAN SEJARAH LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH: METODE, MASALAH, DAN STRATEGI*

Tri Sulistiyono, Singgih (2009) PENULISAN SEJARAH LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH: METODE, MASALAH, DAN STRATEGI*. In: Seminar Nasional Peningkatan Kompetensi Penelitian untuk Pengajaran Sejarah di Era Sertifikasi dan Otonomi Daerah, 20 Maret 2009, Kudus.

[img]
Preview
PDF
63Kb

Abstract

Tenggelam di dalam pusaran euforia reformasi, keterbukaan, dan otonomi daerah, banyak orang yang lupa daratan yang hanya berbicara soal-soal yang sedang dihadapi tanpa diletakkan dalam konteks yang lebih luas. Orang hanya bicara persoalan kekinian yang sulit sekali dicerna ujung-pangkalnya seperti pesta demokrasi pemilihan kepala desa, walikota, bupati, gubernur, presiden hingga pesta pemilihan calon anggota legeslaitif. Tampaknya tidak ada tahun tanpa pesta demokrasi. Padahal berbagai persoalan struktural masih dihadapi oleh segenap bangsa ini seperti krisis ekonomi yang berkepanjangan, krisis moral, korupsi, krisis kepemimpinan, kemiskinan, dan sebagainya. Sementara itu, pada tataran kebangsaan, berbagai konflik sosial dan politik di Republik ini juga masih menyisakan potensi yang mengancam persatuan bangsa seperti yang pernah terjadi di Aceh, Maluku, Poso, Papua Barat, dan sebagainya. Beberapa gerakan rakyat bahkan menuntut kemerdekaan, lepas dari kesatuan Republik Indonesia. Mereka ingin mendirikan negara sendiri sebagaimana yang telah terjadi dengan Timor Timur. Hal ini masih terjadi di kawasan Maluku Selatan dan Papua Barat. Ditinjau dari aspek diakronis, orang juga hanya senang membicarakan segala persoalan hanya dari sudut kekinian dan masa depan. Kebanyakan mereka sudah mengidap amnesia historis, sehingga aspek kelampauan dari persoalan kekinian sering dilupakan. Jarang orang yang membicarakan sejarah untuk memecahkan persoalan kekinian dan persoalan masa depan. Sejarah hampir tidak pernah ‘direken’, apalagi yang namanya sejarah lokal hanya dilihat sebagai ‘barang antik’ yang harus dimuseumkan karena dianggap tidak lagi memiliki relevansi dengan persoalan kekinian apalagi masa depan. Padahal semestinya, warga bangsa yang cerdas akan mencari jawaban atas segala persoalan tersebut bukan hanya dengan belajar sejarah (learning history), tetapi juga belajar dari sejarah (learning from history). Hal serupa ini juga pernah didengungkan oleh Bung Karno yang mengatakan: “jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” (Jasmerah). Dengan belajar dari sejarah, orang akan menjadi lebih arif dan dapat memberikan sumbangan pemikiran ke arah mana seharusnya perjalanan bangsa ini mesti ditempuh.

Item Type:Conference or Workshop Item (Speech)
Subjects:D History General and Old World > D History (General)
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in History
ID Code:1019
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:02 Oct 2009 13:49
Last Modified:02 Oct 2009 13:49

Repository Staff Only: item control page